Hamid Meraih Juara III Cabang Hifdzil Quran 10 Juz

August 12, 2019, oleh: superadmin

Abdul Hamid Irman mahasiswa Program Studi (Prodi) Teknik Mesin UMY angkatan 2018 berhasil meraih juara III cabang Hifdzil Quran 10 Juz dalam ajang Musabaqah Tilawatil Quran Mahasiswa Nasional (MTQMN) ke-16. Ajang ini berlangsung di Universitas Syiah Kuala (Unsyiah) Darussalam Banda Aceh dan diikuti oleh sekitar 3.000-an mahasiswa dari 179 universitas dari seluruh Indonesia. MTQMN ke-16 ini berlangsung selama 8 hari yaitu tanggal 28 Juli-4 Agustus 2019.

Hamid menjadi perwakilan dari UMY bersama 20 mahasiswa lainnya yang telah lolos seleksi MTQ yang diadakan oleh LPTQ UMY (1-2/3). Sebelum mengikuti ajang ini, kontingen UMY melakukan persiapan melalui karantina selama 20 hari. Namun, Hamid mengaku bahwa persiapan yang ia lakukan sudah sejak lama. Kontingen UMY tiba di Aceh tanggal 27 Juli 2019 didampingi langsung oleh ketua LPTQ UMY. Dalam ajang ini, kontingen UMY mengikuti banyak cabang lomba salahsatunya adalah Hifdzil Quran 10 Juz yang diikuti oleh Hamid. Sebelumnya, Hamid mendapat juara II cabang Hifdzil Quran 10 Juz di ajang National Quran Competition (NQC) 2019 yang diselenggarakan oleh UKKI Al-Mujahidin Universitas Negeri Yogyakarta (27-28/4).

Hamid mengaku tak mudah untuk memenangkan ajang ini. Ia mengaku bahwa saingan terberatnya dari Universitas Brawijaya dan Universitas Jambi. "Alhamdulillah, saya bersyukur. Pertama, gak mengharap juara sih, hanya cari pengalaman, saya ingin mensyiarkan Al-Quran supaya orang-orang di sekitar saya lebih giat belajar Al-Quran," ungkap Hamid.

Hamid pun membagikan tips menghafal Al-Quran, "Jangan lupa agama, terutama ibadah wajib. Murojaah 5 juz setiap hari, durasinya sekitar 1,5 jam." Hamid menambahkan bahwa ia selalu meminta restu dari orang tuanya, "Saya juga selalu minta doa restu orang tua. Saya biasanya minta air basuhan dari kaki ibu saya."

Di akhir wawancara, Hamid mengaku miris melihat masih banyak orang yang bersikap apatis terhadap Al-Quran. Ia pun berpesan, "Belajar Al-Quran itu dari niat sendiri tapi bisa dipaksa. Ilmu akhirat itu untuk selamanya, apalagi Al-Quran yang menjadi pedoman hidup." Ia pun menanggapi tren pemalsuan sertifikat BTA di kalangan mahasiswa, "Menurut saya, dikasih hukuman tapi yang tidak membuat mereka minder. Sanksi yang mendidik, dikasih bimbingan untuk memperbaiki bacaan Al-Quran mereka." Ia juga berharap agar Prodi Teknik Mesin memberikan pembinaan khusus mengenai Baca Tulis Al-Quran untuk mahasiswanya.