Mengenal Transmisi Otomatis di Motor Matic

June 3, 2021, oleh: superadmin

Asosiasi Industri Sepeda Motor Indonesia (AISI) pada Maret 2016 lalu mengeluarkan data yang menyebutkan bahwa empat peringkat tertinggi sepeda motor diperoleh oleh skuter dengan sistem transmisi otomatis (skutik). Masih dalam data tersebut, Honda BeAT Series menjadi pemuncak daftar dengan penjualan 193.147 unit dalam satu bulan. Kemudian di susul oleh Vario Series dangan penjualan 140.054 unit dan Scoopy di angka 42.778 unit. Sementara skutik premium Yamahan Nmaz menyusul dengan total penjualan 20.998 unit.

Ada beragam alasan mendasar mengapa masyarakat lebih memilih motor dengan transmisi otomatis dibanding transmisi manual. Paling banyak ditemui, alasan utamanya karena lebih simpel dan mudah cara penggunaaannya. Transmisi ini memang mempermudah orang dalam mengendalikan sepeda motor. Pengemudi tak perlu lagi memindahkan persneling untuk mengatur tenaga dan putaran mesin.

Salah satu jenis transmisi otomatis yang banyak digunakan saat ini adalah CVT (Contionuously Variable Transmission). CVT merupakan cara palinng fleksibel dalam memindahkan tenaga yang dihasilkan mesin kepada roda-roda kendaraan.

Sistem CVT menghasilkan pergerakan secar otomatis sesuai dengan putaran mesin, sehingga pengendara terbebas dari keharusan memindah gigi. Hasilnya, pengendara lebih nyaman dan santai dalam mengendarai sepeda motornya. Sistem ini juga mengindari hentakan mesin yang biasa timbul pada saar pemindahan transmisi manual pada mesin-mesin konvensional. Pergantian transmisi ini dinilai sangat lembut seiring dengan penambahan tenaga mesin dan kecepatan.

Ada tiga komponen penting dalam CVT yakni, pulley depan, pulley belakang, dan V-belt yang berperan menghubungkan keduannya. Pertama, pulley depan dihubungkan kruk-as mesin dan bertugas menampung tenaga dari mesin dan memindahkannya ke pulley belakang yang dihubungkan ke as roda. Sementara V-belt berfungsi untuk meneruskan putaran mesin ke roda. V-belt dibuat sedemikain rupa sehingga bebas dari kotoran, debu, dan air.

Cara kerja CVT dimulai saat motor dinyalakan dan mesin berputar pada putaran rendah, tenaga daya putar dari poror engkol atau piston kemudian diteruskan ke pulley depan, ditransfer melalui V-belt ke pulley belakang dan kopling sentrifugal.

Bila gas belum dipuntir, maka tenaga putar belum mencukupi, dan kopling sentrifugal belum mengembang. Hal ini kemudian membuat rumah kopling dan roda belakang tidak berputar. Akibatnya, pengendara mesti berhati-hati saat mesin sudah menyala karena jika gas tidak sengaja terputar maka roda belakang bisa langsung berputar menggerakan motor. Semakin gas diputar atau tenaga mesin semakin besar, maka pulley depan akan membuat V-belt semakin mengembang lebar dan posisi V-belt pada pulley belakang akan mengecil.