Subki Mural Art, dari Magelang untuk Piala Gubernur DIY

June 23, 2021, oleh: superadmin

Mural Competition Mesin Vaganza 2021 menyisahkan serangkaian kesan yang mendalam. Tak hanya pesan yang disampaikan melalui coretan di tembok selatan Kampus Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, namun juga kesan dan cerita-cerita unik lainnya. Baik dari panitia, peserta, ataupun orang yang hanya sekadar lewat.

Salah satunya, berasal dari peserta yang juga berhasil menyabet juara satu dalam kompetisi ini, Bapak Subki. Beliau datang jauh-jauh dari Provinsi Jawa Tengah, tepatnya dari Dusun Karang Gading, Desa Rejowinangun Selatan, Kecamatan Magelang Selatan, Kota Magelang, Jawa Tengah. Ia menempuh perjalanan kurang lebih 1 jam 30 menit dari rumahnya untuk mencapai lokasi kompetisi ini.

“Nama saya sebenarnya Subki, tapi saya sering memakai nama Subki Mural Art atau yang bisa disingkat jadi SMART. Saya dari magelang, Desa Karang Gading. Saya sangat-sangat support acara ini dan ini bukan pertama kalinya saya ikut Mural Competition dari Mesin Vaganza. Setiap tahun ada kompetisi ini saya ikut, dan Alhamdulillah selalu bawa pulang trofi, meski nggak harus di posisi satu, kadang dua atau tiga tergantung selera juri dan konsep kita pas atau nggak dalam menuangkan karya itu” tutur Subki.

Kali ini Subki Mural Art mencoba peruntukan dengan mengumpamakan COVID-19 itu adalah sebuah api yang membakar negeri ini. Api ini tak hanya membakar perekonomian di Indonesia, namun juga pendidikan hingga pariwisata. Tak lupa demi menyesuaikan dengan tema yang diberikan oleh panitia, ia juga menyampaikan semangat-semangat dalam menyikapi pandemi global ini.

“Saya umpamakan Corona itu api yang membakar perekonomian negara kita, termasuk pendidikan. Dalam memadamkan api itu nggak cuma satu jalan. Ada beberapa cara, Corona itu diperlihatkan di antisipasi dengan memakai masker, mencuci tangan, jaga jarak. Di situ sekecil apapun yang kita lakukan untuk mengatasi Corona itu patut kita hargai di masyarakat. Agar nantinya perekonomian, pendidikan, pariwisata, bisa bangkit lagi dan COVID-19 bisa dipadamkan” ungkap Subki.

Ya, sekecil apapun usaha tiap individu untuk mencegah COVID-19 memang patut diharga. Subki menggambarkannya secara detail di tempok selatan kampus UMY. Bahkan ia tak luput menggambarkan keragaman budaya yang ada di Indonesia, dari Sabang sampai Merauke, terlihat dari berbagai pakaian adat dan budaya yang dipakai oleh tokoh-tokoh di dalam mural.

Subki sendiri mengaku sangat tertarik menggambar mural di atas tembok. Karena dengan begitu karyanya akan di pajang selamanya. Walaupun nantinya ketika cat-cat sudah pudar bakal dihapus, namun selama karyanya tersebut masih bagus maka dapat dimanfaatkan.

“Saya bukan orang baik, jadi saya nggak bisa menasehati orang dengan kata-kata, tapi bisa lewat karya gitu,” ungkapnya.

Meskipun panitia memperbolehkan bekerja secara tim, namun Subki memang sudah terbiasa sendiri. Bahkan waktu 6 jam yang diberikan sangatlah cukup baginya. Beliau juga berpesan bahwa panitia jangan pernah kapok mengadakan lomba seperti ini. Juga untuk menarik perhatian banyak kalangan, maka dapat diantisipasi nominal hadiah yang ditambah. Karena menurutnya, masih banyak seniman lain yang tidak ikut karena nominal hadiah kurang menarik dan pendaftaran terlalu mahal. (Sraii)